Ada seorang teman yang iseng tanya. 

"Gimana, sih, caranya milih parfum yang bener? Laki-laki perlu pake parfum yang disukai perempuan, atau pakai parfum yang bisa bikin perempuan suka sama dia?"

Saya auto merenung sebelum jawab pertanyaannya. Ini sama seperti bertanya,"Pakai baju yang sedang tren, atau pakai baju yang nantinya bisa jadi tren?"

Lalu, muncul jawabannya,"Kita pakai parfum untuk siapa?"

Saya menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Retorik, ya? Tapi itu benar, lho.

Bergantung kita pakai parfum itu untuk siapa. Kalau saya, 100% pakai parfum untuk diri sendiri. Jadi, saya pakai parfum yang wanginya saya suka. Yang cocok dengan hidung saya. 

Perkara orang suka atau tidak, saya tidak terlalu peduli. 

Ketika bertemu dengan orang yang wangi parfumnya menyengat dan membuat tidak nyaman, saya hanya akan menghindar tanpa perlu menilai parfum orang tersebut secara negatif di depannya.

Saya harap orang lain juga begitu. Tapi, jika tidak, cara paling amannya saya hanya akan menggunakan parfum dengan tipe wangi yang mass-pleasing, alias wangi yang banyak disukai orang. 

Biasanya, parfum mass-pleasing adalah tipe parfum yang wanginya cenderung unisex. Parfum yang aman di hidung laki-laki maupun perempuan. 

Tidak jarang, ada parfum mass-pleasing yang cenderung ke aroma maskulin. Parfum, yang saya yakini, jika dipakai laki-laki wanginya menyenangkan, tapi jika dipakai perempuan jadi kurang rasanya.

Namun, beberapa waktu lalu keyakinan saya itu dipatahkan oleh sebuah brand lokal yang nasionalis.

Namanya Project 1945. Dari namanya saja sudah terasa se-nasionalis apa brand ini, ya, kan? 

Saya berkesempatan mencoba parfum terbaru mereka yang diberi nama "Sunset in Sumba 2.0".  

Yups, mereka sudah pernah mengeluarkan varian dengan nama "Sunset in Sumba", dan ini adalah versi terbaru dengan aroma yang lebih bold, katanya. 

Se-bold apa, sih, aromanya? Yuk, kita bahas.

 

Detail Box

Saya adalah manusia biasa yang mudah tertarik dengan sesuatu secara visual. Karena itu saya selalu menghargai detail-detail yang pada suatu barang, terutama parfum. 

Dari box-nya, Project 1945 sudah melampaui standar lokal secara umum. Hanya mereka yang sudah tampak nasionalis sejak dari box-nya. Lihat, kan

Ada beberapa motif tenun khas Sumba di box parfumnya, yaitu motif mamuli, manusia, dan ayam. Ketiganya mencerminkan simbol maskulinitas, kemandirian, dan kesadaran yang kuat.

Selain itu, ada juga tulisan yang menyebutkan tiga aroma dominan pada parfum ini yaitu Cardamom, Black Pepper, dan Lavender. Peletakan detail notes di bagian depan box parfum ini sangat membantu para pecinta parfum, lho. Jadi kita tidak perlu membalik box untuk mencari detail notes parfumnya. 

Tidak cukup dengan nasionalis pada nama dan detail karya lokal, Project 1945 juga secara terang-terangan menulis #DariIndonesiaUntukDunia pada sisi kiri box parfumnya. Import quality-nya sudah tidak perlu diragukan, sih.

The last detail, sekaligus memuat informasi lengkap, ada pada bagian belakang box. Mulai dari definisi aroma, penjabaran notes, cara pemakaian, hingga kontak brand ditulis dengan detail dan jelas.

So far, Project 1945 adalah satu-satunya parfum lokal, yang membuat saya merasa, "Sekali beli, tidak perlu banyak tanya lagi".


 Detail Bottles

Botol parfum Sunset in Sumba 2.0 tidak jauh berbeda dengan varian Project 1945 lainnya. 

Botolnya terbuat dari kaca tebal dengan lapisan dove pada permukaannya. Berat tapi kokoh, jadi aman disimpan. Kualitas sprayer-nya juga sangat baik, menyebar secara halus dan merata. 

Bedanya dengan varian lain hanya ada pada warna dan motif botol. Sama seperti box-nya, pada botol Sunset in Sumba 2.0 terdapat motif tenun khas Sumba. Orang Sumba pasti bangga sekali, ya? Saya juga, kok. ^^

Meski bentuk botolnya terbilang biasa saja, tapi kesan classy-nya tetap ada. Tampak sederhana tapi stand out, ya, kan?

Mau lihat Sunset in Sumba 2.0 secara langsung? Klik di sini ya!

 

Notes

Dibandingkan dengan versi sebelumnya, Sunset in Sumba 2.0 diklaim memiliki aroma yang lebih tebal atau bold

Jujur, saya belum pernah mencoba Sunset in Sumba versi pertama. Namun, membaca statement dari pengguna Sunset in Sumba sebelumnya, lalu mencium Sunset in Sumba 2.0 secara langsung, sepertinya saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan "lebih bold"

Sunset in Sumba 2.0 memiliki beberapa notes yaitu Red Apple, Cardamom, Black Pepper, Lavender, dan Incense. Tidak disebutkan secara detail mana top, middle, dan base notes-nya. 

Saya rasa ini karena hidung setiap orang berbeda. 

Maksudnya, aroma top, middle, dan base notes tidak sama untuk masing-masing orang. Misalnya, ketika saya semprot, aroma yang kali pertama saya rasakan adalah aroma black pepper dan lavender. Baru aroma red apple dan cardamom-nya menyusul 30 menit kemudian. 

Berbeda dengan hidung teman serumah saya, ia mencium aroma black pepper dan cardamom yang lebih dominan di awal semprotan. Lalu disusul dengan aroma lavender dan red apple yang tipis. Tapi, kesamaannya, hidung kami sama-sama merasa aroma incense-nya sangat samar. Kalau tidak fokus, bisa jadi tidak tercium. 

Vibes-nya bagaimana?

Well, klaim yang mengatakan Sunset in Sumba 2.0 lebih bold memang benar. Dalam artian, ketebalan aroma Sunset in Sumba 2.0 masih sangat nyaman di hidung. Kalau saya definisikan secara pribadi, Sunset in Sumba 2.0 adalah wanginya orang ganteng. Orang yang tampilannya necis, menarik, berkelas, tapi gampang diajak ngobrol. Kebayang, nggak?

Intinya, kalau kamu ingin lebih percaya diri, dilirik orang dengan segan, tapi tetap komunikatif secara visual, kamu wajib coba Sunset in Sumba 2.0, sih.

Mau parfum awet seharian? Lakukan tips and trick ini, yuk!

 

Rating

 

Sebelumnya, saya menyebutkan kalau Sunset in Sumba 2.0 berhasil mematahkan keyakinan saya tentang parfum mass-pleasing yang cenderung maskulin. 

Maksudnya, Sunset in Sumba 2.0 adalah one of a kind parfum maskulin yang bisa saya gunakan sepanjang hari tanpa merasa terintimidasi. 

Beberapa parfum maskulin yang saya pernah coba memiliki aroma intimidatif, yang membuat saya merasa berubah identitas ke arah yang saya tidak saya suka.  Tapi, Sunset in Sumba 2.0 ini berbeda. Aromanya tidak terlalu strong, masih nyaman dipakai seharian dan bisa menambah kesan percaya diri yang profesional. 

Berapa nilainya? 

Berdasaran hidung dan pengalaman penggunaan saya, Sunset in Sumba 2.0 sangat layak diberi nilai 4,5/5 bintang. 

Mengapa tidak sempurna? 

Dari segi packaging, konsep, dan kualitas aroma, Sunset in Sumba 2.0 mendapat nilai sempurna. Tidak ada celah. Kualitas impornya pun sangat bagus, jadi sangat recommended sebagai oleh-oleh terutama untuk teman dari luar Indonesia. 

Tapi, karena saya lebih suka parfum feminin, saya merasa Sunset in Sumba 2.0 tidak bisa dipakai setiap hari. Meskipun, ada kalanya saya akan memakai parfum dengan tipe aroma seperti Sunset in Sumba 2.0, seperti ketika bekerja, bertemu dengan kolega, atau menghadiri acara formal lainnya. 

Kalau kamu laki-laki, dan suka dengan parfum yang aromanya fresh, lil' a bit spicy, and warm, saya yakin kamu pasti memberi rating Sunset in Sumba 2.0 dengan 5/5 bintang.

Anyway, dengan Rp295.000,- kamu sudah bisa mendapatkan sebotol Sunset in Sumba 2.0 size 100 ml, lho

Tidak terlalu mahal jika melihat kualitas EDP (yang wanginya bisa bertahan 6-8 jam) dan dengan segala detail yang sudah kita bahas sebelumnya. Setuju?

 

Mau coba Sunset in Sumba 2.0? Beli di sini, aja!


Next mau review parfum apa? Ada rekomendasi? Share di kolom komentar, ya! ^^